Dalam pandangan psikologi remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini merupakan suatu masa yang disertai dengan stress, kebingungan, emosi yang tinggi dan tidak stabil serta merupakan masa pencarian identitas diri. Masa ini ditandai dengan kecenderungan untuk membentuk kelomppok—kelompok diluar pengawasan orang tua dan keluarga. Tiap remaja ingin diakui remaja lainnya, entah karena prestasi, kesamaan minat/hobi, maupun karena alasan lain. 1 Dengan alasan-alasan tersebut remaha berani mencoba hal-hal baru, bahkan mereka merasa tertantang.
Perasaan ingin tahu membuat remaja menggali jawaban-jawaban dari berbagai masalah terlebih rasa keingingtahuannya. Namun, seringkali mereka malu dan enggan bertanya langsung pada orang tua, keluarga ataupun orang yang lebih pengalaman. Perasaan malu disebabkan masyarakat yang sering menganggap tabu untuk membahas seks dan ikwal seputar seks sehingga remaja cenderung mengelompok dan bergauk debfab teman-teman sebaya untuk mencari tahu serta mengobati rasa penasarannya.
Seiring perkembangan teknologi yang meningkat pesat namun tidak dibarengi perkembangan moral remaja kita, teknologi justru menghancurkan remaja baik disadari ataupun tidak. Sebut saja “internet” sebuah media elektronik modern yang memudahkan kita mengakses berbagai informasi ini sering disalahgunakan. Anak-anak dibawah umur bisa dengan leluasa megakses situs-situs pornografi, menonton adegan yang belum saatnya untuk ditonton sehingga kecenderungan mereka meniru adegan-adegan tersebut sebab emosi mereka labil dan belum mampu melakukan control diri.
BAGAIMANA KABAR REMAJA KITA?
Pelajar merupakan pemimpin dimasa depan. Pelajar sebagai agent of change sangat diharapkan bangs aini. Perkembangan dan kemunduran bangsa ini ada ditangan pelajar.
Telah banyak pelajar kita yang berhasil mengharumkan nama bangsa dalam dunia internasional baik dengan memenangkan olimpiade-olimpiade tingkat internasional maupun dengan ide-ide karya anak bangsa yang melahirkan alat-alat keperluan hidup manusia. Banyak juga pemikiran kritis remaja kita yang berhasil mengubah system tatanan masyarakat kea rah perbaikan. Naming tidak bisa dipungkiri, tidak kalah banyak remaja kita yang perlu diperhatikan dan diarahkan karena mereka masih terjerat di dalam lembah keterpurukan, pengkonsumsi narkoba dan free sex misalnya.
Pengguna awal narkoba umumnya pada usia sekolah dasar baik SD maupun SMP. Hal ini terjadi biasanya karena pergaulan yang salah, bujukan teman, tekanan seseorang atau kelompok atau seringkali karena iseng mencoba. Sedangkan pelaku free sex kebanyakan terjadi karena mereka sering melihat adegan porno atau factor lingkungan terlebih pergaulan.
Perilaku pelajar tersebut muncul karena beberapa factor, antara lain akibat kegagalan mereka dalam mengantisipasi stre masa remaja. Remaja bisa dikategorikan gagal dalam mengantisipasi stress tersebut jika mereka tidak sebaik-baiknya, baik secara fisik, psikis maupun sosial terhadap sumber stress.2
REFLEKSI KASUS NARKOBA DAN FREE SEX
Karakter seorang pelajar sangat dipengaruhi oleh pola pergaulannnya sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW dalam Riwayat Ahmad dan Abu Dawud, “Seseorang akan mengikuti gaya teman gaulnya, maka hendaklah ia periksa kembalu sia yang ia gauli.” Prinsip islam mengajarkan adaptif selektif bukan gaul bebas permisif sebagaimana pesan hadits Nabi SAW bahwa orang beriman harus pandai dan mudah bergaul.
Konsep pergaulan yang salah sebagai sumber permasalahan remaja harus mulai dibenahi. Paradigma gaul konvensional yang cenderung jahul (naif) yang bermakna selalu mengejar dan meniru segala bentuk perubahan dan perkembangan mode dan trend baru tanpa selektivitas dalam semangat glamour, hedonis dan materialis perlu ditata ulang. Paradigma gaul harus diarahkan pada kemampuan selektivitas dan skal prioritas disamping aspek kenal, tahu dan interaksi actual dengan segenap perkembangan lingkungan hidup dan berbagai aspek serta perniknya selama hal itu membawa kemaslahatan umat dan relevan bagi risalah hidupnya.3
Pergaulan yang salah mengakibatkan kenakalan pelajar termasuk didalamnya pecandu narkoba dan pelaku seks bebas maka tanggung jawab atas kasus tersebut bukanlah si pelajar seorang. Orang tua bertanggung jawab atas anak-anaknya, seorang anak yang dekat dengan orang tuanya, sehingga menganggap mereka lebih dari sekedar orang tua, bahkan menganggap mereka teman curhat akan mendapat bimbingan dan arahan dalam menjalani hidupnya mustahil masuk lembah narkoba dan free sex. Sekolah, masyarakat dan pemerintah pun bertanggung jawab dalam mencegah dan memberantas narkoba dan free sex.
Meskipun demikian, baik orang tua, sekolah maupun masyarakat tidak bisa selalu menemani langkah remaja, terlebih pemerintah dalam hal ini hanya membuat kebijakan dan peraturan. Selanjutnya, Kembali kepada kemampuan social intercourse management yang dimiliki pelajar.
social intercourse management atau manajemen gaul merupakan suatu tantangan bagi pelajar yang berada diantara dua persimpangan jalan mainstream liberaslisme emansipasi dan konservativusme ekslusif misoginis. Kemampuan manajemen gaul juga menjadi tantangan bagu pelajar dikalangan aktivis islam, dalam momentum marhalah jamahiriyah dakwah yaitu era solidaritias popularitas dan aktualisasi bagi komunitas dakwah. Tantangan inii dapat berbentuk pergaulan yang baik dalam posisi keatas (upward intercouse) ke bawah (downward intercouse) maupun kesamping (horizontal intercouse).
Dr. Nashir Abdul karim Al-Aql menjelaskan prinsip-prinsip gaul agar terhindar dari pergaulan yang salah yang menyebabkan kerusakan mental bauk karena paradigmana gaul yang salah atau karena pengaruh obat candu/narkoba serta konsep free sex sebagai trend. Dalam bukunya “Man Tasyabbah Biqauman Fahuwa Minhum” memaparkan pertama akidah (keyakinan), dengan akidah yang kuat kita akan mampu menyeleksi mode dan trend sehingga kita bisa menghindari hal-hal yang tidak senada dengan hati Nurani dan konsep islam. Kedua komitemen ibadah, yang menjauhkan kita dari penyimpangan sunnah Rosul SAW. Ketiga tidak larut dalam gaya hidup berlebihan dan bentuk perayaan-perayaan atau pesta yang akan mengganggu iman. Keempat mengkritisi tradisi, karakter dan perilaku melanggar syariat untuk selanjutnya ditinggalkan.
Sebagai contoh gaya gaul ummu salamah khususnya dengan lingkungan ilmu pengetahuan dan dinamika keislaman adalah tipe proaktif dan open minded yang membuatnyaingin selalu terpanggil dengan segenap aktivitas positif yang diserukan Allah SWT melalui panggilan yang disampaikan Rasullah berupa “Ya Ayyuhannaas” (Wahai Manusia) meskipun menurut kaidah etimologi konvensional hal itu hanya berlaky bagi kaum laki-laki. Namun bagi ummu salamah universitas manusia yang memasukkan kedalam panggilan tersebut. Terbukti ia mampu menjadi tokoh hadits dimasa sahabat.4
Pecandu narkoba dan pelaku free sex sebagai imbas dari pergaulan yang salah dapat dihindari dengan mengubah paradigma gau, sosial intercouse management dan pengawasan-pengawasan dari berbagai pihak. Sedangkan upaya pemulihan pecandu narkoba dengan rehabilitasi mental dan karantina. Untuk pelajar uang terlanjur pernah melakukan hubungan seks diluar nikah dapat ditangani dengan memberikan Pendidikan seks, bahaya seks bebas dan memberikan pengajaran emotional intelligence serta dengan pendekatan dakwah islam.
Nabi Muhammad SAW berkata “Iistafli qalbak (mintalah pendapat pada nurnimu)”. Nurani sebagai control diri secara internal untuk menetapkan pilihan ditengah maraknya kepalsuan, fitnah dan silaunya duniawi. Pelajar yang seringkali memaksakan diri dalam budaya-budaya asing tak jarang justru menimbulkan cultural shock.
Penyalahgunaan narkoba dan free sex esensi masalahnya adalah ketepatan menempatkan diri pada pergaulan dan menempatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika kehidupan sesuai kelemahan dan kekuatan diri yang Allah berikan pada tiap-tiap insan. Sebab tidak ada yang lebih memahami diri kita kecuali diri kita sendiri setelah Allah SWT. Oleh karena itu, kita haris menempatkan diri kita dalam kombinasi qana’ah dan hirsh ala khair (keinginan meraih kebaikan).
Footnote ;
- Baidi, Bukhori. “Geng Nero dalam Prespektif Psikologi Remaja” dalam “Kader” Ed, I (Semarang: 2008) hal 5
- Ibid hal 6
- Setiawan, Budi Utomo, “Pesona Muslimah” (Jakarta: Akbar Media Eksarana, 2004) hal 253
- Ibid hal 253